Sablon caviar, atau dalam bahasa Indonesia disebut “sablon telur ikan”, adalah teknik finishing atau tambahan pada sablon plastisol yang memberikan efek seperti butiran-butiran kecil di atas permukaan desain. Meskipun unik dan menarik, sablon caviar jarang digunakan di Indonesia. Kenapa ya?
1. Harga Bahan Baku yang Mahal
Salah satu alasan utama mengapa sablon caviar jarang terdengar adalah karena harga bahan bakunya yang relatif mahal. Bahan baku utama sablon caviar adalah manik-manik PVC (polyvinyl chloride) yang disebut caviar beads. Harga manik-manik ini cukup tinggi, terutama untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Biaya produksi yang tinggi membuat harga jual produk sablon caviar menjadi lebih mahal, sehingga kurang diminati oleh konsumen.
2. Proses Produksi yang Rumit dan Memerlukan Keahlian Khusus
Proses sablon caviar tidak semudah sablon plastisol biasa. Dibutuhkan keahlian khusus dan ketelitian dalam mengaplikasikan manik-manik caviar pada desain. Selain itu, proses pengeringan dan curing juga memerlukan perhatian ekstra agar manik-manik tidak meleleh atau rusak. Hal ini membuat banyak pelaku sablon enggan untuk mencoba teknik ini.
3. Perawatan yang Lebih Sulit
Produk sablon caviar membutuhkan perawatan yang lebih hati-hati dibandingkan sablon biasa. Saat mencuci, harus dilakukan dengan lembut agar manik-manik tidak lepas. Selain itu, produk sablon caviar tidak boleh disetrika, karena panas dapat merusak manik-manik. Hal ini membuat konsumen kurang tertarik untuk membeli produk sablon caviar, karena dianggap kurang praktis.
4. Kurangnya Permintaan Pasar
Sablon caviar masih tergolong baru dan belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Kurangnya eksposur dan informasi mengenai teknik ini membuat permintaan pasar masih rendah. Selain itu, sebagian orang mungkin menganggap desain sablon caviar terlalu ramai atau norak, sehingga kurang diminati.
5. Fokus pada Sablon Konvensional
Banyak pelaku sablon di Indonesia masih fokus pada teknik sablon konvensional seperti plastisol atau rubber. Hal ini disebabkan karena teknik-teknik tersebut sudah mapan dan memiliki permintaan pasar yang tinggi. Selain itu, biaya produksi dan risiko kegagalan juga lebih rendah dibandingkan sablon caviar.
Kesimpulan
Meskipun jarang terdengar, sablon caviar memiliki potensi untuk menjadi tren di masa depan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan desain yang unik dan eksklusif, permintaan terhadap sablon caviar bisa meningkat. Namun, untuk saat ini, teknik ini masih terbatas pada kalangan tertentu yang menghargai nilai seni dan keunikannya.
Bagi para pelaku sablon, menguasai teknik sablon caviar bisa menjadi nilai tambah dan peluang bisnis yang menjanjikan. Dengan inovasi dan kreativitas, sablon caviar bisa menjadi alternatif menarik bagi konsumen yang mencari produk sablon yang berbeda dan eksklusif.